INDOSIBER.ID – Kampung Cikalong, yang terletak di Desa Sukakarsa, Kecamatan Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, memiliki sejarah panjang yang tak lepas dari keunikan alam dan makna filosofis di balik namanya. Dulu, daerah ini hanyalah hamparan pesawahan luas yang menjadi tumpuan hidup warga sekitar. Di tengah pesawahan tersebut, berdiri kokoh sebuah pohon beringin tua yang menjadi tempat tinggal ribuan kelelawar. Dari sinilah nama Cikalong berasal, yang diambil dari kata “cikalong” dalam bahasa Sunda, berarti kelelawar.
Menurut Lisna, salah seorang warga Cikalong, kelelawar-kelelawar ini dulu berdiam di pohon beringin besar yang terletak di tengah sawah. “Dulunya, daerah ini pesawahan yang sangat luas. Banyak kelelawar bersarang di pohon beringin tersebut, sehingga warga menamai tempat ini Cikalong, karena ‘cikaling’ berarti kelelawar dalam bahasa Sunda,” jelas Lisna.
Transformasi dari Pesawahan ke Kampung Sebelum berubah menjadi kampung, Cikalong merupakan lahan pertanian produktif yang penuh dengan aktivitas warga yang bekerja di sawah. Pohon beringin tua itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat berteduh bagi petani, tetapi juga menjadi pusat kehidupan sosial, di mana orang-orang berkumpul untuk berdiskusi atau beristirahat setelah seharian bekerja di ladang.
“Di bawah pohon beringin itu, orang-orang biasa beristirahat setelah menggarap sawah. Tempat itu menjadi seperti titik kumpul, bukan hanya untuk bekerja, tetapi juga untuk merenung dan mencari ketenangan,” ujar Lisna.
Seiring waktu, pesawahan tersebut mulai berubah menjadi area pemukiman, dan kampung kecil pun mulai terbentuk. Pohon beringin yang menjadi saksi bisu kehidupan para petani dan kelelawar-kelelawar yang dulu bersarang di sana, kini telah tumbang. Namun, nama Cikalong tetap diabadikan, menjadi bagian dari identitas Kampung Cikalong di Desa Sukakarsa, Kecamatan Sukarame.
Kampung Cikalong dan Kenangan yang Masih Hidup Kini, meskipun pohon beringin sudah tiada dan kelelawar semakin jarang terlihat, nama Cikalong terus mengingatkan warga akan asal usul kampung mereka. Bagi generasi lama, pohon beringin itu merupakan simbol ketenangan dan persatuan, sementara bagi generasi baru, nama kampung ini menjadi pengingat akan kekayaan alam dan sejarahnya.
“Pohon beringin memang sudah hilang, tapi cerita tentang asal-usul kampung kami akan terus diceritakan kepada anak cucu kami. Kampung Cikalong, Desa Sukakarsa ini dulunya pesawahan luas, dan keberadaan kelelawar di pohon beringin adalah bagian dari sejarah yang tak bisa kami lupakan,” tambah Lisna.
Perjalanan Sejarah di Cikalong Selain menjadi tempat tinggal kelelawar, pohon beringin itu memiliki nilai historis yang kuat bagi warga Sukakarsa. Setiap malam, kelelawar-kelelawar tersebut beterbangan dari pohon, menciptakan pemandangan yang unik dan tak terlupakan bagi para penduduk. “Waktu malam tiba, ratusan kelelawar keluar dari sarangnya dan beterbangan di atas pesawahan. Itu adalah pemandangan yang biasa dilihat warga setiap hari,” ungkap Lisna.
Meskipun sekarang Kampung Cikalong telah berkembang dengan pemukiman baru, warga tetap menghargai sejarah yang ada. Pohon beringin dan kelelawar mungkin telah hilang, namun kenangannya tetap terjaga sebagai bagian penting dari identitas kampung ini.
Mengenang Masa Lalu dan Menatap Masa Depan Transformasi dari pesawahan menjadi kampung adalah perjalanan panjang yang penuh dengan kenangan bagi warga Cikalong. Perubahan itu tidak hanya terjadi pada lingkungan fisik, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan budaya desa. Nama Cikalong menjadi simbol perpaduan antara kekayaan alam, sejarah, dan perkembangan kehidupan masyarakat di Desa Sukakarsa, Kecamatan Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
“Sekarang ini mungkin sudah berbeda, tapi sejarahnya tetap hidup di sini. Cikalong bukan sekadar nama kampung, tapi juga kisah masa lalu yang selalu kami bawa ke masa depan,” tutup Lisna dengan senyum penuh harap.
(Ril)